Minggu, 25 Januari 2015

Kisah Pengajian Ghaib TGH. Sakaki Umar dengan Waliyulloh Lalu Gede(TG. Abdullah) Mambalan

Dalam suatu pengajian yang dihadiri oleh para orang tua di suatu kampung, TGH. Sakaki Umar pendiri Pondok Pesantren Ad Diinul Qayyim Kapek Gunungsari membuka pengajian dengan membahas masalah sholat. Pada saat membahas masalah sholat tersebut kemudian dia membacakan suatu hadits yang artinya: “Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir yang nyata.”(Al Hadits)

Untuk menekankan hadits yang telah dibaca tersebut, TGH.Sakaki Umar menambahkan dengan kata-kata: “siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.
                                                                                                             
Salah seorang jamaah yang hadir ketika itu bertanya:” jadi Tuan Guru, Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir?”  dijawab oleh TGH. Sakaki umar dengan jawaban yang sama:” siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.
Jamaah yang bertanya tadi kemudian melanjutkan pembicaraannya;” dulu Lalu Gede(TG. Abdullah*) yang di Mambal itu disaat waktu sholat Jum’at tiba, dia tidak melakukan sholat malah dia membuat mainan anak-anak seperti Layang-layang, kincir dan lain-lain”.
TGH. Sakaki Umar menjawab:” siapapun jua, jangankan Cuma Lalu Gede itu, siapapun sama!.”
Pada malam harinya disaat sedang berdzikir khusuk di rumahnya dan sudah memasuki alam Sirri (pikiran tertuju hanya kepada Alloh SWT semata dan melupakan alam dunia yang fana ini), TGH. Sakaki Umar di datangi oleh seseorang yang belum pernah di kenal selama ini. Kemudian terjadilah dialog:
TGH. Sakaki Umar     :”Siapa anda?”
Lalu Gede                     :”saya adalah orang yang anda anggap kafir itu, yang perlu anda ketahui  bahwa saya tidak cocok sujud(sholat) di Lombok ini”. 
Kemudian Lalu Gede balik bertanya :” apa yang anda ajarkan?”.
TGH. Sakaki Umar     :”Kitab Riyadus Sholihin”
Lalu Gede                   :”buka kitab anda, sekarang saya ajarkan!”
Pada saat itu juga TGH. Sakaki Umar di ajarkan kitab Riyadus Sholihin oleh Lalu Gede sampai
Khotam. Setelah khotam kitab Riyadus Sholihin kemudian dilanjutkan dengan belajar Imlak
(belajar menulis bahasa Arab secara benar atau menulis kaligrafi Arab indah) pada malam itu
juga.
Mulai malam itu sampai 7 malam selanjutnya, kamar yang dipakai pertemuan tersebut masih mengeluarkan aroma yang sangat wangi yang berbeda dari aroma wewangian yang di perjual belikan di toko-toko ataupun di swalayan.
Sejak kejadian alam ghaib yang di alami oleh TGH. Sakaki Umar tersebut, itulah awal mula terjalin hubungan silaturrahmi ghaib yang sangat intens antara kedua tokoh tersebut. Sehingga ketika TGH. Sakaki Umar akan berangkat menunaikan ibadah haji kembali ke Makkah, beliau pergi berziarah kemakam Lalu Gede (TG. Abdullah). Beliau merasa sangat segan/pakewuh bila tidak berkunjung menziarahi makam Lalu Gede tersebut. Hal ini beliau lakukan hingga akhir hayat TGH. Sakaki Umar.
Kisah ini dituturkan oleh TGH. Abdul Wahid, M.Si (santri yang sering mendampingi TGH. Sakaki Umar kemanapun pergi termasuk yang mengantarkan TGH. Sakaki Umar berziarah ke makam Lalu Gede di Makam Batu Riti  Mambalan Gunungsari). (Alfuad Gapuki)
*ketika peristiwa tersebut berlangsung, Lalu Gede(TG. Abdullah) sudah wafat semasa penjajahan Belanda dan TGH. Sakaki Umar belum tahu siapa itu Lalu Gede.
Tambahan inforimasi tentang Lalu Gede
Datu lopan (TGH. Lalu Muhammad Shaleh) selama masih hidup seringkali datang berkunjung ke Mambalan menemui Tuan Guru Abdullah(Lalu Gede). Kedua Waliyulloh ini masih ada hubungan keluarga.
Datu lopan dan Lalu Gede di dalam buku manakib 15 ulama sufi Indonesia masing-masing lebih dikenal dengan nama Al habib Muh. Shaleh Lopan Lombok dan  Al Habib Abdullah Lombok. Selain kedua ulama tersebut, tercatat pula tiga ulama lainnya yang berasal dari lombok masing-masing TGH. Badrul Islam (putra Tuang Guru Umar Kelayu), TGH. Ali Batu Sakra dan syekh An Nahwawi Ampenan.
dikutip dari buku: Tuan Guru Lopan: Waliyullah dengan Kiprah dan Karomahnya oleh Drs.H.Lalu Muhammada Azhar, SH.,M.Si, Cakra Darma Aksara, Mataram,edisi 2010
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar