Minggu, 01 Mei 2016

Kritikan Siswa Itu Obat Mujarab Bagi Guru



Salahkah seorang siswa berani mengeritik/berbeda pendapat dengan seorang guru? Haruskah seorang guru memarahi/mematikan semangat siswa yang kritis? Pertanyaan itu kembali muncul manakala melihat bagaimana salah seorang siswa di salah satu sekolah favorit di kota mataram berani berkomentar kritis terhadap postingan salah seorang guru di group FB(Facebook) disekolah terebut.


Siswa yang berani mengeritik realita yang terjadi disekolahnya itu memang sangat langka dan malah kebanyakan siswa merasa takut untuk mengeritik atau malah ikut menikmati keadaan yang ada asalkan bisa aman dan nyaman.

Ada siswa yang trauma mengeritik dan hanya bisa menonton tapi dalam hati merasa marah  karena dia pernah mengeritik tapi malah dimarahi oleh guru yang bersangkutan karena berani mengeritik guru.  

Terhadap pertanyaan pertama di atas “Salahkah seorang siswa berani mengeritik/berbeda pendapat dengan seorang guru?” menurut saya pribadi tidak ada salahnya seorang siswa berani mengeritik/berbeda pendapat dengan seorang guru. Bukankah disekolah seorang siswa sudah diajari untuk bersikap kritis terhadap suatu masalah? Coba ingat-ingat kembali, bagaimana dalam pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia kalau kita mau menyelesaikan soal kita diajarkan oleh guru untuk untuk menuliskan sebuah kata pertama kali yaitu “ditanya” kemudian kata kedua “diketahui” dan kata terakhir baru “dijawab”. Baru setelah itu kita menyelesaikan soal tersebut dengan proses yang runut hingga mencapai jawaban yang benar.

Guru juga manusia yang terkadang bisa salah dan khilaf.  Kalau guru salah atau dihaluskan bahasanya menjadi kurang benar maka wajar seorang siswa yang peduli kepada gurunya mengeritik “kekurang benaran” dari guru tersebut. Dan kalau kritikan siswa itu benar apa salahnya kita sebagai seorang guru menerimanya dengan lapang dada dan berterimakasih dengan tulus kepada siswa yang bersangkutan?

Dan pertanyaan yang kedua “Haruskah seorang guru memarahi/mematikan semangat siswa yang kritis?”. Kayaknya kurang bijak sekali bila ada seorang guru sampai memarahi siswa yang berani mengeritik realita yang terjadi disekolah dan lebih tidak bijak lagi bila sampai ada seorang guru yang berani mengancam siswa dengan tidak memberikan nilai kepada siswa yang kritis tersebut.

Bila ada oknum guru yang bertindak seperti itu maka sama saja dengan mematikan semangat 45 siswanya sendiri yang lagi bersemangat menuntut ilmu dan mencari jati dirinya sendiri.

Seharusnya kita sebagai seorang guru berterimakasih dan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena siswa kita bisa dan berani bersikap kritis melihat realita yang ada disekitarnya. Mudah-mudahan dengan sikap kritisnya siswa tersebut kelak dia bisa menemukan ide-ide yang brilian yang bisa memudahkan kehidupan manusia dan bisa tumbuh empati terhadap kehudupan masyarakat miskin disekitarnya.

Kalaupun ada kritikan siswa itu yang bahasanya agak kasar maka kita sebagai guru tidak perlu marah-marah dan mengancam cukup dengan menasehati agar bahasanya diperhalus karena tidak pantas mengeritik dengan menggunakan bahasa kasar terhadap seorang guru atau orang yang lebih tua dari kita. Bukankah seorang guru itu adalah orang tua kita di sekolah? Mereka mesti kita hormati sebagaimana menghormati orang tua kandung sendiri.
Penulis pribadi sangat bersyukur bila ada siswa yang bersikap kritis apalagi kritis terhadap bagaimana kita mengajar di kelas, karena kritikan tersebut sebagai masukan bagi kita untuk memperbaiki diri dan mencari metode yang terbaik buat anak didik kita. Ya…kritikan siswa itu adalah obat mujarab untuk menambah semangat kita mengajar dan membunuh rasa malas bila itu kan datang suatu saat.
Trimakasih buat siswa/I yang telah memberikan kritikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.  maaf bila ada kata yang tidak berkenan. trims


Dasan Agung, 20160501 19:00  WITA (Alfuad Gapuki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar