Selasa, 19 April 2016

Kesederhanaan Masyarakat Gapuk Dalam Membangun Masjid



Rasa kekeluargaan dan kerjasama masyarakat Gapuk Kedaton(Gapuk Pedalaman) tempo dulu dalam membangun masjid sungguh sangat besar sekali karena ada rasa harga diri dan kebanggaan tersendiri bagi pribadi masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan masjid.



Rasa harga diri dan kebanggaan ini tidak lepas dari perasaan beragama masyarakat yang begitu kental walaupun ilmu agama yang didapatkan sedikit secara teori tapi penuh makna dan dipraktekkan langsung dalam keseharian  dan salah satu contohnya adalah dalam masalah pembangunan masjid pertama yang bukti keberadaan masjid tersebut masih terlihat hingga kini pada kubah tempat imam.

Masyarakat Gapuk Kedaton tempo dulu pantang untuk meminta bantuan dana kepada masyarakat lain kecuali kepada masyarakat asli Gapuk itu sendiri. Mereka merasa hina bila meminta bantuan kepada masyarakat lain walaupun keadaan masyarakat itu sendiri dalam keadaan kekurangan.

Harga diri sebagai masyarakat Gapuk bila sampai meminta bantuan atau mengemis kepada masyarakat lainnya itulah yang terus mereka pelihara dan terus diajarkan kepada generasi berikutnya namun lambat laun rasa harga diri dan kebanggaan itu sedikit demi sedikit terkikis dengan mulai terbukanya pola pikir pragmatis yang penting cepat dapat dan selesai.

Masjid pertama Gapuk yang peresmiannya dilakukan sendiri oleh waliyulloh Tuan Guru Muhammad Saleh atau biasa disebut  Tuan Guru Lopan ini sungguh sangat berbeda auranya dibandingkan dengan masjid sekarang. Generasi Gapuk tahun 40-an masih bisa merasakan sensasi akan nikmatnya berada dalam masjid Gapuk pertama waktu itu.

demikian pula pada masjid ke dua yang dibangun karena penduduk semakin bertambah. Pada masjid ke dua ini bangunannya sudah menggunakan bahan bangunan berupa kapur sehingga terlihat lebih kokoh dibandingkan dengan masjid pertama yang dibuat sangat sederhana yang beratapkan ijuk(informasi dari amaq amat timur masjid). Pada masjid kedua inilah mulai dibangun menara yang lokasinya tepat berada di barat pintu sebelah timur.

Karena terjadi gempa yang berturut-turut sekitar tahun 1995 dan masyarakat sekitar masjid takut ditimpa oleh menara masjid maka masjid kedua ini dirobohkan dan diganti menjadi lebih besar dan lebih kokoh dengan menggunakan rangka baja tapi peninggalan masjid yang kedua yang ada ditempat imam sholat atau kubah tempat imam sholat tetap dipertahankan.

Bangunan  masjidyang  ketiga ini baru selesai dibangun sayap sebelah utara sekitar tahun 2004 dan sekarang ditahun 2016 ini masjid yang ketiga ini akan dirobohkan juga padahal masjid tersebut Cuma bocor pada kubah masjidnya saja.

Lain jaman lain pula watak orangnya, demikian pula dengan kesederhanaan masyarakat Gapuk waktu itu yang lebih mengedepankan harga diri dalam hal  membangun  masjid tanpa perlu minta bantuan kepada orang lain. Dan kita sebagai generasi muda Gapuk mestinya mengikuti contoh baik dari pendahulu kita, kalau bangun masjid jangan sampai mengemis dengan menggunakan proposal kepada orang lain maupun pemerintah dan akan lebih terhormat kalau membangun masjid dengan menggunakan dana dari masyarakat gapuk atau dari masyarakat lain yang menyumbang dengan suka rela. Masjid itu rumah Alloh masak untuk membangun Rumah Alloh mesti dengan cara mengemis segala?
Ampure dan walloohu a’lam.

Dasan Agung, 20160419  16:00 WITA (Alfuad Gapuki)

Catatan:
informasi tentang waliyulloh itu kami dapat dari sebuah buku yang buku itu lagi kami cari dimana keberadaannya. Waliyulloh itu juga yang meresmikan masjid pertama lingkungan pejeruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar