Rabu, 20 April 2016

Jamaah Sholat Fardhu Sedikit, Masjidpun Tetap Akan Dibuat Megah



 
Membangun suatu masjid atau memperluas bangunan masjid agar lebih megah dan mewah seharusnya dilandasi karena kebutuhan dari para jamaah yang melaksanakan sholat fardhu di masjid tersebut dalam setiap waktu apakah membeludag atau tidak dan bukan dilandasi karena melihat masjid yang ada disekitar lingkungan sudah dibangun megah dan mentereng.


Fenomena pembangunan masjid agar terlihat megah dan mewah akhir-akhir ini sudah mulai terlihat di Kelurahan  Dasan Agung Mataram dan mungkin sudah umum kalau masjid dibuat megah di seluruh dunuia. Masjid diperbesar dan dihias berlebihan dengan berbagai macam ornamen supaya terlihat seni tanpa memperhitungkan kenyamanan para jamaah yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid tersebut.

Kenyamanan jamaah tidak diperhitungkan lagi sehingga masjid terasa seperti oven  yang suhunya membuat jamaah bermandikan keringat dan ditambah lagi suara kipas angin seperti baling-baling pesawat helycoupter. Suasana hening, adem dan menyenangkan bila sudah berada didalam masjid sudah jauh dari harapan  karena kebanyakan panitia maupun orang yang bersemangat membangun masjid itu tidak memikirkan hal tersebut dan tidak akan merasakannya karena mereka lebih mengutamakan sholat di rumahnya masing-masing.

Hal ini juga terjadi di Lingkungan Gapuk, pada hari Ahad(17/4/2016) jam 20.00 WITA bertempat di masjid At Takrim Gapuk masyarakat di undang rapat oleh 3 kepala lingkungan untuk bermusyawarah dalam “Pembentukan Panitia Pembangunan Masjid”. Namun dalam rapat tersebut malah tokoh agama yang diharapkan bisa netral dan bijak justru membuat trik untuk menyeting isi rapat agar masyarakat hanya bisa setuju dan mendukung dengan apa yang diharapkan oleh tokoh agama itu.

Masyarakat Lingkungan Gapuk sekarang berbeda dengan masyarakat dulu, masyarakat sekarang sudah melek teknologi dan sudah banyak yang berpendidikan tinggi, mereka tidak bisa lagi hanya disuruh untuk setuju dan setuju demi memenuhi ambisi para tokoh agama maupun masyarakat. Pikiran seperti raja kecil karena sudah merasa ditokohkan oleh masyarakat semestinya sudah harus dibuang jauh-jauh karenan sudah tidak jamannya lagi alias out of date dan mestinya diganti dengan sikap yang lebih bijaksana agar masyarakat bisa lebih tercerahkan lagi.

Harapan masyarakat seh agar mendapatkan pencerahan yang bersifat pilihan netral dari dua opsi yang disodorkan oleh tokoh agama tersebut apakah masjid Gapuk ini hanya diperbaiki kubahnya saja karena sudah bocor( dan itu yang sering dialami oleh para jamaah sholat fardu) ataukah dibangun kembali agar terlihat lebih megah( seperti gambar yang telah dipasang di halaman masjid tanpa ada musyawarah terlebih dulu dengan masyarakat). Namun yang terjadi malah tokoh agama tersebut lebih membanggakan gambar masjid yang terpasang dihalam masjid dan anehnya lagi malah sudah mendatangkan ahli gambar/arsitek dengan lengkap rencana gambar masjid yang sudah dibuat plus pengurus yang sudah diseting terlebih dulu. Inikan aneh bin ajaib namanya.hehe

Sudah dari dulu setiap pawai maulid masyarakat selalu menyuarakan untuk memperbaiki kubah masjid yang sudah bocor dan malah setiap mengumumkan lewat speaker masjid hasil shalawatan dari pawai mulud tersebut selalu disebut hasil selawatan untuk memperbaiki kubah masjid. Dan itu real terjadi bukan dibuat-buat.

Namun yang terjadi pada saat rapat tersebut malah keinginan masyarakat yang sudah bertahun-tahun itu dibelokkan gara-gara ada masyarakat luar yang bertanya kapan masjid dibangun seperti gambar yang sudah dipasang dan itu yang  dijadikan pembenaran.

Mestinya keinginan masyarakat yang sudah betahun-tahun itu yang mesti dilaksanakan karena masjid Gapuk saat ini sudah besar dan luas dan bisa menampung seluruh masyarakat gapuk dan penulis lihat sendiri pada saat perayaan Idul Adha kemarin di dalam masjid masih terlihat kosong walaupun ada jamaan yang bediri di halaman masjid.

Masjid gapuk yang sudah besar dengan jamaah sholat fardunya sangat sedikit ini mestinya tetap dipertahankan tidak perlu dirusak untuk dibuat megah seperti Islamic Centre NTB itu, cukup kubahnya saja yang diperbaiki dan ditambahkan kipas angin agar jamaah sholat fardhu tidak kepanasan. Itu harapan kami sebagai warga lingkungan gapuk yang ikut sholat berjamaah di masjid.

Tapi nasi sudah jadi bubur, masyarakat yang hadir rapat ternyata lebih memilih untuk membuat megah masjid At takrim Gapuk dan sebagai konsekuensinya kami walaupun tidak setuju dengan membuat megah masjid tersebut tetapi tetap dan harus setuju dengan hasil keputusan rapat karena itu perintah dalam agama. Ampure dan walloohu a’lam.


Dasan Agung, 20160419  16:00 WITA (Alfuad Gapuki)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar