Masih ingat kisah Siti Nurbaya yang ditulis oleh Marah
Rusli dalam novel Siti Nurbaya? Atau pernah nonton Sinetron Siti Nurbaya di
Televisi yang dibintangi oleh Novia Kolopaking(Siti Nurbaya), Gusti Randa(Samsul
bahri) dan HIM Damsyik(Datuk Maringgih)? Rasanya kalau belum baca novelnya atau
belum nonton langsung sinetronnya akan merasa rugi selamanya.
Ruginya karena kisahnya itu tetap akan ada sepanjang
jaman dengan setting yang berbeda. Sebagai gambaran bagaimana kisah Siti
Nurbaya itu kami kutipkan langsung dari Wikipedia “Sitti Nurbaya menceritakan
cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta
tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia. Belum
lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih
(yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang;
Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi
anggota tentara kolonial Belanda,
membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.”
Sampai saat ini pun lakon Siti Nurbaya dengan tokoh dan
lokasinya yg berbeda masih ada kita temukan. Keterpaksaan Siti Nurbaya menerima cinta seseorang yang belum ia kenal
apalagi pernah ketemu untuk bertatap muka apalagi berkunjung kerumahnya sungguh
sangat menyakitkan hati selama hidupnya walaupun dengan sangat terpaksa didepan
orang lain menutup-nutupi rasa sakit hatinya.
Kebebasan,
keceriaan dan kreatifitasnya waktu masih muda atau saat menuntut ilmu dulu hilang
sirna laksana embun pagi ketemu matahari dan berganti dengan tangis darah yang
menyesakkan hati yang paling dalam. Dunia oh dunia….sampai kapan akan berhenti
orang yang tega mengebiri kebebasan, keceriaan dan kreatifitas makhluk lemah
dari tulang rusuk??
Atas nama
adat istiadat, atas nama pemaham agama yang picik dan atas nama orang tua yang
arogan, mereka semaunya memaksakan kehendak buat kaum wanita. Bukankah wanita
dan pria mempunyai derajat yang sama dalam hal keduniaan kecuali dalam hal
pembagian warisan?? Bukankan wanita boleh menjadi pemimpin dimasyarakat kecuali
menjadi imam di dalam sholat dan dirumah tangga?
Mestinya
dijaman yang sudah canggih ini lakon Siti Nurbaya tidak akan terulang lagi disekitar kita tapi
itu kembali lagi kepada pelakunya. Dan ternyata pendidikan dan lingkungan sangat
mempengaruhi bagaimana orang tersebut bertingkah laku. Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin tinggi dia akan memahami dan menghormati seorang
wanita walaupun itu anaknya sendiri.
Ups…ternyata
sudah siang to? Berarti barusan tu mimpi tentang cerita teman yang bercerita
tentang salah seorang siswinya di SMA yang terpaksa menikah karena tidak ada
hujan tidak ada angin tiba-tiba pihak pria yang notabenenya anak seorang
saudagar wedhus teman dari bapak si siswi itu datang bersama rombongan beserta tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh wayang, tokoh pemuda, tokoh remaja, tokoh anak,
toko baju, toko mainan dan toko makanan. Karena merasa malu kalau menolak
lamaran yang bin salabin ala kadabra akhirnya orang tua siswi itu menerimanya
dan si siswi itu dengan suangat terpaksa sambil menangis akhirnya menerima. Bisa
dibayangkan tidak bagaimana luka hatinya si siswi itu??
“Tapi peristiwa
kayak lakon Siti Nurbaya itu kapan terjadinya?” kataku kepada temanku itu. Temanku
itu menjawab “peristiwa itu terjadi tanggal 19 Mei 2012”. Ualah…piye to iki…kirain
cerita masih baru, udah semangat-semangatnya dengerin ceritanya ternyata
kejadiannya udah kadaluarsa to??hmmm..
Ter…la…lu. Dan kami pun ketawa terbahak-bahak sambil makan
gorengan.hehehe
foto: tulismenulis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar