Saat hati dalam
suasana senang terkadang kita begitu bersemangat membantu orang lain, keluarg dan
sahabat walaupun pada saat itu mereka belum membutuhkan bantuan dari kita namun
begitu hati kita lagi tidak mood atau hati kita lagi bermusuhan dengan orang
lain disitu terkadang kita kembali mengungkit apa yang telah kita berikan
bantuan kepada orang lain.
Mengungkit-ungkit
apa yang telah kita berikan kepada orang lain
akan sangat melukai perasaannya dan
bisa jadi itu akan menimbulkan dendam kesumat pada diri orang yang telah kita bantu. Semua orang pasti akan
merasa sakit hati entah dia orang kaya maupun orang tidak mampu bila apa yang
telah kita berikan kembali kita ungkit-ungkit lagi dan lebih sakit hati lagi
pada saat itu terdapat banyak orang.
Kalau memang
niatnya membantu ya bantu sekalian ra
usah di ingat kembali apalagi sampai dijadikan senjata pamungkas untuk
menyakiti orang yang telah kita bantu. Coba bayangkan bagaimana perasaan kita bila
kita berada dipihak mereka, pasti merasa sakit hati bukan?? Bisa jadi kita akan
nangis darah bila dipermalukan seperti itu.
Yang mesti
kita ingat-ingat selama hidup ini adalah hutang dan janji yang telah kita
lakukan dan ucapkan. Jangan pernah meremehkan akan hutang dan janji karena
keduanya paling mudah dan paling sering orang melupakannya malah sengaja
melupakannya dan terkadang bersyukur sekali kalau orang tempat kita berhutang
maupun yang telah kita berikan janji benar-benar lupa.
Hal seperti ini kalau dibiarkan terus menerus akan
menjadi kebiasaan yang mendarah daging dan akan sulit orang lain mempercayai
kita kembali. Untuk itu sekecil apapun hutang maupun janji yang telah kita
lakukan mesti kita bayar dan tunaikan kepada orang lain biar kita selamat
didunia dan diakhirat. Bukankah dalam agama Rasulullah telah mewanti-wanti
kalau janji itu adalah hutang yang mesti kita lunasi dan kalau kita mati kita
belum melunasinya maka hutang dan janji itu akan menjadi penghambat kita untuk
masuk kedalam surga.
Kepada siapapun baik kepada orang dewasa
maupun anak kecil kita mesti menempati janji yang telah kita ucapkan apalagi
terhadap siswa/I kita, orang yang kita cintai maupun terhadap istri tersayang
kita.
Saatnya kita
belajar melupakan kebaikan yang telah kita lakukan dan menempati janji yang
telah kita ucapkan. Kalau bukan sekarang kita belajar kapan lagi? Kalau bukan
kita yang memulainya siapa lagi??? (SMKN 3 MTR saat uji kompetensi 12 TEI 2015,
Rabu, 20150325; 10:04 (Alfuad Gapuki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar