Kalau ada orang yang
bilang tahun ini adalah tahun yang penuh
dengan peristiwa besar yang melanda negara kita tercinta ini, memang ada
benarnya juga dan bisa jadi ini suatu kebetulan yang berulang-ulang dengan beda
peristiwa.
Demikian pula dengan
peristiwa besar dan baru pertama kali terjadi dalam sejarah dunia pendidikan di
Indonesia yaitu amburadulnya pelaksanaan Ujian Nasional 2013. Yang menjadi
kambing hitam dalam peristiwa ini adalah percetakan yang kalah tender tapi
mendapatkan proyek untuk penggadaan lembar soal dan jawaban untuk 11 Provinsi
di Wilayah Tengah dan Timur Indonesia.
Di Nusa Tenggara Barat
juga mengalami penundaan Ujian Nasional
yang semula akan di mulai hari Senin kemudian di undur menjadi hari kamis. Pada
hari hari Kamis jam 07.00 WITA siswa/I banyak yang sudah datang ke
sekolah/madrasah dengan persiapan yang sudah matang ternyata Ujian Nasional kembali
di tunda lagi waktunya dan di undur menjadi jam 13.00 WITA. Setelah selesai melaksanakan
sholat Dhuhur, para siswa/I kembali ke dengan penuh percaya diri ke sekolah
untuk bersiap menghadapi Ujian Nasional yang tertunda tadi pagi, tapi apa yang di
dapatkan setelah berkumpul di sekolah/madrasah? Kembali para siswa/I mendapatkan
info yang ke-3 kalinya kalau pelaksanaan Ujian Nasional akan di mulai jam 15.00
WITA.
Bayangkan betapa gundah
gulanaya para siswa/I ini dalam menghadapi Ujian Nasional 2013, mereka di oper
kesana kemari bagaikan bola yang di mainkan oleh pemain Real Madrid Cristian
Ronaldo(CR7). Semua jadi pusing berjamaah oleh amburadulnya Ujian Nasional 2013
ini, mulai dari siswa, guru, panitia lokal, panitia daerah dan masyarakat. Jangan
heran bila banyak para siswa/santri yang menangis karena kecewa sudah
melaksanakan persiapan dengan matang ternyata kembali lagi di undur
pelaksanaannya.
Para pemegang kekuasaan
dalam hal ini menteri pendidikan hanya bisa menyalahkan pihak percetakan yang
tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang sudah di
tentukan. Masyarakat hanya bisa diberikan tontonan dari media cetak, televisi
dan elektronik bagaimana saling menyalahkan antara menteri pendidikan dengan
pihak penerbit.
Membandingkan bagaimana prilaku
para pejabat di negara kita dengan negara Jepang dalam bersikap bila gagal melaksanakan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya sungguh sangat tak bisa dibandingkan sama sekali. Kalau di
negara Jepang bila pejabatnya gagal dalam bertugas mereka berani langsung
mengundurkan diri tapi kalau dinegara kita tercinta ini mereka akan menimbang,
memilih dan memutuskan siapa yang akan di jadikan kambing hitam. Hmmm.. (Alfuad Gapuki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar