Kamis, 06 Desember 2018

Iye Gawek Iye Dait Ite Lapuk Sik Kene, Gempa Pagi Setelah Peraja Gapuk Dasan Agung

Alloh SWT tidak akan merubah Nasib suatu kaum bila kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri dan itulah yang dilakukan oleh para tokoh agama,  tokoh masyarakat dan masyarakat Gapuk dasan Agung Mataram dalam membenahi cara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sudah turun temurun ini agar selaras dengan aturan agama islam.


Kita sudah ketahui bersama bila datang bulan Maulid Nabi Muhammad SAW maka yang ada dipikiran orang kalau sudah maulid Nabi Muhammad SAW dan itu sudah masuk giliran Maulid di Lingkungan Gapuk Dasan Agung Mataram maka pikiran orang akan tertuju ke PRAJA/PREJE. Dan image adanya praje ini terkesan dengan mabuk-mabukan, joget dijalan, musik full keras, mengganggu orang liwat dan orang yang tidur malam dan lain sebagainya. Tidak ada kesan baik yang dirasakan oleh orang lain baik itu orang dari dalam lingkungan Gapuk khususnya dan orang sekitarnya apalagi bagi tamu undangan Maulid Nabi Muhammad SAW

Untuk merubah kebiasaan adanya preje yang sudah dikotori dengan mabuk-mabukan itulah maka masyarakat Gapuk dan para sesepuh warga Gapuk Dasan Agung Mataram pada hari Ahad, 25/11/2018 ba'da sholat Isya' dilakukan Rapat Maulid di masjid At Takrim Gapuk dengan pembahasan tehnis maulid pada hari H,  pemilihan ketua panitia dan peniadaan pereje pada malam perayaan maulid dan hari Maulid. Dan Hasil kesepakatan dari Peniadaan Pereje pada malam maulid dan hari maulid ini di tuliskan dalam bentuk surat pernyataan yang di tandatangai oleh Kepala Lingkungan Gapuk Utara, Kepala Lingkungan Gapuk Tengah dan Kepala Lingkungan Gapuk Selatan yang tembusannya ditujukan kepada Bapak Camat Selaparang Kota Mataram, Kapolsek Mataram di Mataram dan Danramil Mataram di Mataram.  isi dari surat pernyataan ini ada dalam bentuk screenshot di bawah ini.

Selesai rapat di masjid,  jagat dunia maya sekitar masyarakat Gapuk sudah mulai ribut dan timbul kelompok warga yang pro Pereje (setuju ada pereje)  dan warga yang  kontra (melarang pereje) sesama warga gapuk,  apalagi setelah surat hasil pernyataan masyarakat Gapuk itu di screenshot dan di share di Facebook maka semakin panaslah suasana dunia maya area Gapuk dan sempat ada insiden sekelompok orang yang pro pereje mendatangi salah seorang warga yang kontra pereje sambil mabuk untuk mengintimidasi/menakuti warga tersebut dan Alhamdulillah insiden tersebut bisa diselesaikan dengan baik. 

Warga yang pro pereje atau yang setuju dengan adanya pereje dipersilahkan menghadap ke Kepala Lingkungan Gapuk Selatan(yang mewakili) pada malam rabu untuk meminta rapat kembali atau bahasa teman dari gapuk selatan untuk naik banding membahas akan keberadaan pereje tersebut atau ketemu langsung dengan kepala lingkungan Gapuk Selatan kapanpun.  Tunggu di tunggu oleh Kepala Lingkungan Gapuk Selatan ternyata tidak ada orang yang datang menghadap buat naik banding dan otomatis seluruh warga Gapuk baik yang hadir rapat  maupun yang hadir rapat di anggap menyetujui hasil dari surat pernyataan masyarakat Gapuk tersebut.

Pada hari H-2 Maulid terlihat ada pereje yang datang di Lingkungan Gapuk dan pada hari H-1 ba'da dhuhur diadakan pertemuan terbatas di masjid bersama Kepala Lingkungan (yang hafir hanya Kaling Gapuk Selatan Pak Jumadi), Babinsa Dasan Agung (Pak Yani) dan para pemuda dan Remaja Masjid yang mewakili untuk membahasan tindak lanjut akan kedatangan pereje dan konsekuensi dari surat pernyataan warga gapuk tersebut.  Setelah berunding yang alot tentang langkah-langkah persuasif yang akan ditempuh maka para peserta pertemuan tersebut untuk langkah awal mengajak Kaling yang belum datang untuk disuruh datang dan Alhamdulillah pada datang dan kemudian mendatangi para tokoh masyarakat diantaranya :  H Nuruddin Gapuk Utara, Pak Jamaludin Gapuk Utara, H. Ahamd Gapuk Tengah, Ust. H. Nurudin, M. Ag Gapuk Selatan dan H. Saidi Gapuk Selatan.  Para tokoh agama dan masyarakat yang dituakan ini di harapkan untuk bisa kumpul ke masjid pada malam hari sekedar berjaga-jaga bila ada warga yang pro pereje benaran mengadakan arak-arakan pereje pada malamnya yang di anggap melanggar dari surat pernyataan warga Gapuk tersebut.

Hasil dari pertemuan di rumah Mamiq Saidi mantan Kaling Gapuk Selatan ini diputuskan untuk mendatangi tokoh utama yang pro pereje dengan harapan agar bisa membujuk warga yang pro pereje agar tidak keluar malam mengadakan arak-arak perejenya dan dari hasil kunjungan tersebut tidak menemukan jalan keluar bersama dan masing-masing pada tetap pendirian atau bahasa teman kami  yang mengutip dari ayat Al Qur'an " Lanaa a'maluna walakum a'maluku/ bagiku amalanku dan bagimu amalanmu".  Penulis sendiri yang ikut hadir merasa sudah tidak bakalan tidak ada jalan keluarnya akhirnya langsung pamit salaman untuk pulang sekalian waktu itu perut terasa sakit karena masih tahap pemulihan diare 😊 dan waktu sholat ashar juga sudah masuk.  Dan semua yang hadir dalam kunjungan tersebut baik yang pro pereje maupun yang kontra pereje tampak pada tersenyum dengan penuh kekeluargaan mengalahkan senyum pepsodent 😊😊

Malam maulidnya sekitar jam 10.00 WITA terjadi insiden dimana warga yang pro pereje sudah  mengadakan arak-arakan pereje dan mau keluar menuju jalan utama atau jalan Langko tapi dihadang oleh tokoh agama(Ust H Nurdin, M. Ag)  dan tokoh masyarakat(H. Nuruddin) agar kembali masuk kampung dan tidak mengadakan pereje pada malam tersebut. Dan Alhamdulillah warga yang pro pereje mau mendengarkan dan mereka mau masuk ke jalan kampung di sekitaran Gapuk Selatan. Yang di masjid para Tokoh Agama, tokoh masyarakat dan warga yang lain tetap berkumpul sambil menikmati alunan suara Hadroh yang dibawakan oleh kelompok Majelis Muhammadatur Rasul Gapuk dan pembacaan maulid Nabi. Dan sekitar jam 12.00 WITA dilanjutkan dengan Tadarusan Al Qur'an hingga jam 02.30 WITA.

Pada malam kamis(5/12/2018) terdengar pereje gapuk keluar untuk arak-arak hingga tengah malam. bagaimana suasananya penulis tidak tahu karena penulis sendiri terbangun dan terkejut mendengar suara musik yang menggelegar dan goyangan tembok kayak gempa.  penulis langsung keluar kamar karena kuatir rumah akan roboh dan setelah acara arak-arak pereje selesai maka penulis kembali tidur dengan pulasnya hingga waktu shubuh tiba.

Hari Kamis ini sekitar jam 09.02 WITA baru terjadi gempa dengan kekuatan 5,7 Riecter dan membuat orang pada berhamburan keluar dan Alhamdulillah gempanya tidak datang pada malam hari saat ada pereje tersebut tapi pagi ini baru datang menegur kita. Apakah dengan terjadinya gempa ini akan membuat kita tersadar dan bertaubat kepada Alloh SWT dan tidak akan mengadakan pereje selamanya? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dan penulis hanya bisa berdo'a kepada saudara di Gapuk semoga pereje yang disertai mabuk-mabukan tersebut dihentikan saja sebelum datang ajal menjeput kita. Walloohua'lam bissawaab

Gapuk Dasan Agung, Kamis, 06-12-2018  12.45 WITA  by: AlFuad Gapuki
NB.
*harus bisa memilah dan memilih mana yang bisa dijadikan candaan dan mana yang tidak bisa dijadikan candaan di dalam bermasyarakat





Tidak ada komentar:

Posting Komentar