Senin, 03 Februari 2014

Menghitung Hasil Kotak Amal Pawai Mulud Dibelakang Jamaah Sholat Isya’


Ada-ada saja tingkah laku nyeleneh  yang di tunjukkan oleh orang tua yang semestinya bisa memberikan  contoh buat para remaja maupun generasi muda. Tapi kelakuan yang nyeleneh yang ditunjukkan  terasa sangat tidak mendidik dan itu jelas-jelas ditunjukkan tanpa ada rasa malu terhadap para jamaah sholat Isya’ yang hadir maupun rasa  takut kepada Alloh SWT tidak ikut sholat berjamaah.


Kelakuan menghitung uang Hasil Kotak Amal Pawai Mulud kemarin sore(2/2/2014) disaat orang lagi sholat berjamaah sungguh sangat keterlaluan dan pelecehan terhadap Rumah Alloh maupun terhadap agama. Tidak tanggung-tanggung tempat menghitung uang tersebut pas dibelakang sholat berjamaah dalam satu ruangan  dengan jarak sekitar 3 meter dari posisi shaf yang terakhir.

Perilaku seperti ini dilakukan tiap tahun setiap ada pawai mulud setelah selesai mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Entah apa yang ada dipikiran mereka, koq bisa begitu cueknya mereka menghitung uang hasil kotak amal tersebut tanpa ada rasa malu di lihat sama jamaah yang  lagi mau sholat berjamaah.

Kejadian ini penulis perhatikan dilakukan tiap tahun dan tidak ada perubahan sama sekali dengan orang yang sama juga pada tahun kemarin. Pada saat kejadian penulis terlambat datang kemasjid untuk sholat berjamaah dan penulis melihat ada tiga orang jamaah yang terdiri dari 2 jamaah pria dan 1 jamaah wanita. Ketiga orang ini bisa dikatakan sudah pada tua dengan umur sekitar 50 tahun ke atas. Begitu penulis melihat mereka lagi asyik menghitung uang dan disebelah baratnya ada sudah didirikan sholat Isya’  berjamaah, spontan penulis berucap kepada 3 orang yang menghitung uang kotal amal pawai mulud tersebut “ ei…t sholat dulu nanti lanjutkan menghitungnya “ . salah satu yang menghitung uang tadi menjawab “ia “ tapi jawabanya itu sambil tetap duduk menghitung uang tanpa mau berdiri untuk melaksanakan sholat isya’ berjamaah. Untuk yang kedua kalinya  penulis kembali menasehati mereka “silahkan  sholat dulu nanti  kembali lanjutkan menghitungnya”. Selesai  menasehati mereka yang kedua kalinya penulis langsung menuju kejamaah yang sholat untuk ikut melaksanakan sholat isya’ berjamaah dan Alhamdulillah masih bisa mengikuti  imam pada rakaat pertama.

Pada rakaat yang kedua terdengar suara gaduh dari orang yang menghitung uang kotak amal pawai mulud tersebut dan suaranya sangat jelas didengar dan dikenal oleh jamaah yang lain. Di rakaat yang ketiga sudah mulai terdengar sepi suara yang menghitung uang kotak amal itu dan setelah selesai sholat berjamaah, penulis melihat sudah ada 2 orang yang menghitung uang tadi ikut sholat berjamaah walaupun terlambat dan ada satu orang pria yang paling tua justru tetap duduk dengan tenang sambil menghitung uang kotak amal ditemani oleh  seorang remaja masjid Gapuk yang datang ikut menghitung .  penulis kembali menasehati kepada mereka berdua “silahkan  sholat dulu nanti  kembali lanjutkan menghitungnya”.  Yang oknum Remaja Masjid Gapuk langsung menjawab “sudah salat dirumah, masak harus memberitahu dulu kalau mau sholat!” dan yang tua tadi malah ikut berkomentar “dia sholatnya sama istri dirumah” pada orang juga tahu kalau oknum remaja masjid itu belum punya istri.

Kelihatan sekali sikap ngidem alias ngeyel yang ditunjukkkan oleh oknum masyarakat Gapuk ini. Kalau dinasehati yang baik sulit untuk berlapang dada mengikut peringatan dari orang lain. Yang ditampakkan malah keangkuhan dan kesombongan merasa diri  lebih tahu masalah agama maupun merasa diri lebih tua dari orang yang menasehati.

Masyarakat  langka seperti ini kalau di lingkungan Gapuk akhir-akhir ini sudah mulai berkurang  karena banyak yang sudah meninggal dunia dan mudah-mudahan kedepannya bisa menghilang dari peredaran di telan usia dan semoga  timbul generasi baru Gapuk yang sadar terhadap nilai agama dan bisa meramaikan masjid dengan melaksanakan sholat secara berjamaah di masjid At Takrim Gapuk tercinta. Aamiin. (Alfuad Gapuki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar