Ada-ada saja tingkah laku nyeleneh yang di tunjukkan oleh orang tua yang
semestinya bisa memberikan contoh buat
para remaja maupun generasi muda. Tapi kelakuan yang nyeleneh yang ditunjukkan terasa sangat tidak mendidik dan itu
jelas-jelas ditunjukkan tanpa ada rasa malu terhadap para jamaah sholat Isya’
yang hadir maupun rasa takut kepada
Alloh SWT tidak ikut sholat berjamaah.
Kelakuan menghitung uang Hasil Kotak Amal Pawai Mulud
kemarin sore(2/2/2014) disaat orang lagi sholat berjamaah sungguh sangat
keterlaluan dan pelecehan terhadap Rumah Alloh maupun terhadap agama. Tidak tanggung-tanggung
tempat menghitung uang tersebut pas dibelakang sholat berjamaah dalam satu
ruangan dengan jarak sekitar 3 meter
dari posisi shaf yang terakhir.
Perilaku seperti ini dilakukan tiap tahun setiap ada
pawai mulud setelah selesai mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Entah apa yang
ada dipikiran mereka, koq bisa begitu cueknya mereka menghitung uang hasil
kotak amal tersebut tanpa ada rasa malu di lihat sama jamaah yang lagi mau sholat berjamaah.
Kejadian ini penulis perhatikan dilakukan tiap tahun dan
tidak ada perubahan sama sekali dengan orang yang sama juga pada tahun kemarin.
Pada saat kejadian penulis terlambat datang kemasjid untuk sholat berjamaah dan
penulis melihat ada tiga orang jamaah yang terdiri dari 2 jamaah pria dan 1
jamaah wanita. Ketiga orang ini bisa dikatakan sudah pada tua dengan umur sekitar
50 tahun ke atas. Begitu penulis melihat mereka lagi asyik menghitung uang dan
disebelah baratnya ada sudah didirikan sholat Isya’ berjamaah, spontan penulis berucap kepada 3
orang yang menghitung uang kotal amal pawai mulud tersebut “ ei…t sholat dulu
nanti lanjutkan menghitungnya “ . salah satu yang menghitung uang tadi menjawab
“ia “ tapi jawabanya itu sambil tetap duduk menghitung uang tanpa mau berdiri
untuk melaksanakan sholat isya’ berjamaah. Untuk yang kedua kalinya penulis kembali menasehati mereka “silahkan sholat dulu nanti kembali lanjutkan menghitungnya”. Selesai menasehati mereka yang kedua kalinya penulis
langsung menuju kejamaah yang sholat untuk ikut melaksanakan sholat isya’
berjamaah dan Alhamdulillah masih bisa mengikuti imam pada rakaat pertama.
Pada rakaat yang kedua terdengar suara gaduh dari orang
yang menghitung uang kotak amal pawai mulud tersebut dan suaranya sangat jelas
didengar dan dikenal oleh jamaah yang lain. Di rakaat yang ketiga sudah mulai
terdengar sepi suara yang menghitung uang kotak amal itu dan setelah selesai
sholat berjamaah, penulis melihat sudah ada 2 orang yang menghitung uang tadi
ikut sholat berjamaah walaupun terlambat dan ada satu orang pria yang paling
tua justru tetap duduk dengan tenang sambil menghitung uang kotak amal ditemani
oleh seorang remaja masjid Gapuk yang
datang ikut menghitung . penulis kembali
menasehati kepada mereka berdua “silahkan sholat dulu nanti kembali lanjutkan menghitungnya”. Yang oknum Remaja Masjid Gapuk langsung
menjawab “sudah salat dirumah, masak harus memberitahu dulu kalau mau sholat!”
dan yang tua tadi malah ikut berkomentar “dia sholatnya sama istri dirumah”
pada orang juga tahu kalau oknum remaja masjid itu belum punya istri.
Kelihatan sekali sikap ngidem alias ngeyel yang
ditunjukkkan oleh oknum masyarakat Gapuk ini. Kalau dinasehati yang baik sulit
untuk berlapang dada mengikut peringatan dari orang lain. Yang ditampakkan
malah keangkuhan dan kesombongan merasa diri
lebih tahu masalah agama maupun merasa diri lebih tua dari orang yang
menasehati.
Masyarakat langka
seperti ini kalau di lingkungan Gapuk akhir-akhir ini sudah mulai
berkurang karena banyak yang sudah
meninggal dunia dan mudah-mudahan kedepannya bisa menghilang dari peredaran di
telan usia dan semoga timbul generasi
baru Gapuk yang sadar terhadap nilai agama dan bisa meramaikan masjid dengan
melaksanakan sholat secara berjamaah di masjid At Takrim Gapuk tercinta. Aamiin.
(Alfuad Gapuki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar